Saat berkunjung ke Cirebon, kami tertarik untuk mengunjungi keraton Kasepuhan yang berada di tengah kota Cirebon. Sangat mudah untuk mencapai keraton ini, tepatnya berada di Jl Keraton Kasepuhan No. 43. Mungkin karena begitu dekatnya dengan pusat kota, warga Cirebon sendiri banyak yang belum pernah masuk ke keraton ini.
Tiket masuknya (thn 2007) sebesar Rp 3000 / orang. Memasuki kawasan, kita akan ditemani oleh pemandu wisata yang berpakaian tradisional yang pada umumnya masih merupakan keluarga abdi dalem keraton. Keraton ini memiliki pagar dan gapura yang terbuat dari susunan bata merah, dan konon direkatkan tanpa menggunakan semen sama sekali. Dalam keraton ini terdapat nuansa asimilasi antara budaya Jawa, Sunda bahkan Cina dan Eropa. Di halaman keraton terdapat patung 2 ekor macan putih. Dalam areal keraton juga terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Keraton di Cirebon memiliki beberapa kesamaan yang mungkin menjadi standard dengan keraton2 di Cirebon, antara lain menghadap ke Utara, lalu di sebelah Timur terdapat masjid, memiliki alun2 untuk rakyat berkumpul, serta memiliki patung macan perlambang Prabu Siliwangi. Namun dari ketiga keraton yang ada di Cirebon (Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan), keraton Kasepuhan nampaknya terlihat yang paling terawat.
Di dalam museum yang berada di Utara keraton terdapat benda-benda peninggalan kerajaan seperti peralatan perang, meriam dan kereta kencana yang digunakan saat berperang. Kereta ini disebut Kereta Singa Barong, berkepala gajah yang belalainya memegang trisula (pengaruh Hindu), bersayap garuda (pengaruh Islam) dan berekor naga (pengaruh Cina). Kereta ini sudah memiliki teknologi shockbreaker dan juga memiliki mekanik untuk mengepakkan sayapnya. Namun kereta ini sejak 1942 sudah tidak difungsikan lagi dan hanya keluar untuk ‘dimandikan’ setiap tanggal 1 Syawal. Sayang kondisi tempat ini kurang terlalu terawat, padahal barang di dalamnya sudah berusia ratusan tahun. Sedangkan di museum di bagian Selatan Keraton terdapat perhiasan, pernak-pernik, piring, dan perlengkapan keraton yang digunakan saat jaman Sunan Gunung Jati.
Terlihat banyak sekali pengaruh budaya Islam di dalam ornamen2 keraton. Namun di keraton ini juga banyak terdapat porselain2 Cina juga lampu hias dari Eropa dan juga keramik2 yang melukiskan gambar2 tentang tokoh dalam Alkitab. Ada juga sebuah lukisan Prabu Siliwangi bersama seekor macan, dimana dalam lukisan ini sorotan mata Prabu maupun macan akan mengikuti kita dimanapun posisi kita berada. Hhmm… penasaran ? Silahkan Anda coba sendiri. Di beberapa ruangan terdapat baki yang berisi sumbangan sukarela untuk kebersihan dan perawatan museum. Pemandu sempat menceritakan bahwa Dorce dalam acara Dorce Show sempat kesurupan di tempat ini, karena tidak permisi sebelum mengambil gambar di tempat ini dan baru sembuh setelah diberi minum dari sumur di keraton yang dimantera oleh penjaga kunci. Pesannya adalah setiap pengunjung sebaiknya menjaga sikap & jangan sembarangan..
Secara keseluruhan keraton ini cukup layak dikunjungi, karena letaknya yang mudah dicapai serta tiket masuk yang terjangkau, pemandu wisata pun cukup detail memberikan penjelasan. Keraton Kasepuhan buka dari jam 8.00 -16.00 untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis & Sabtu, untuk hari Jumat dari jam 7.00-11.00, lalu ditutup untuk sembahyang Jumat, lalu dibuka kembali pukul 14.00-16.00 sedangkan untuk hari Minggu/Libur dari jam 8.00 – 17.00
Selamat berwisata, Salam Jalan Jajan Hemat…
Pada saat kami berkunjung, pemandu juga “menyarankan” untuk memberikan sumbangan di beberapa ruangan, yg katanya untuk petugas disana. Memang patut disayangkan sikap2 seperti ini.
ayahku orang kuningan ibuku orang cirebon aku bangga ibuku orang cirebon.
apakah darah keturunan sultan kraton kasepuhan cirebon selalu di doakan oleh sultan cirebon?.aku leluhurku pernah menjadi sultan kraton kasepuhan cirebon yang dulu apakah saya yang hina ini di doakan oleh sultan cirebon yang telah meninggal itu tidak ?..
Waktu perundingan LINGGAJATI diwakilkan oleh Ir.Soekarno,adakah perwakilan nya dari Ir.keraton Cirebon,kalau di ALBUM PERANG KEMERDEKAAN ada di peta AGRESI TENTARA BELANDA di jawa barat(21-Djuli 1947/4 Agustus 1947)setelah perundingan LINGGAJATI(LINGGA adalah arca dewa SIWA)dan namanya: Djakarta,Krawang,Tjikampek,Pabuaran,Kalidjati,Puntjak,Bogor,Purwakarta,Lembang,Bandung,Sukabumi,Pelabuhan Ratu,Pengalengan,Pintu,Garut,Tasikmalaja,Kawali,PANAWANGAN(Kuningan),Tjirebon,Indramayu.dari pihak RI dipimpin ABDUL HARIS NASUTION panglima Divisi I SILIWANGI,dan letkol Sadikin komandan Brig.IV Guntur/SILIWANGI.Waktu thn 1998 ada pergolakan mahasiswa era REFORMASI,waktu tragedi TRISAKTI seorang mahasiswa menjadi korban yang bernama ELANG,dari pernyataan Purnawirawan Anumerta Jendral Abdul Haris Nasution di Televisi mengatakan masih saudara dengan korban mahasiswa TRISAKTI tersebut,(kalau tidak salah).
Rumah keraton yang dibilang Kasepuhan dulunya milik kelg.putri Ong tien Nio,tapi ada juga keraton lain yang katanya juga dari Sunan gunung Jati,bingung juga??,waktu zaman sultan TRENGGANA dari Demak memerintahkan menyerang Sunda kelapa 22 juni 1527 yang menjadi ulang tahun kota JAKARTA,begitu TRENGGANA mangkat terjadi perang saudara yang dimenangkan menantu TRENGGANA yaitu JAKA TINGKIR dengan ARYA PENANGSANG yang dibantu sunan Kudus sahabat sunan Gunung Jati,…kemungkinan kelg.putri Ong tien terusir kepesisir agar mudah melarikan diri ke arah laut,tapi tidak jauh dari rumahnya yang di Cirebon atau keraton kasepuhan,inti masalahnya kembalikan lagi saja keraton kasepuhan ke kelg.Ong tien,seperti TIMOR LESTE dikembalikan lagi,kota Hongkong juga dikembalikan lagi ke cina.
Sy ingin ke Cirebon dimana bukan utk wisata melainkan tuntutan hati yang menginginkan ke kraton kasepuhan. Namun ketika ingin kesana ada saja halangannya, serta saya ingin mencari jawaban dr pertanyaan yang meliputi. Semoga saya ada waktu utk ke Kraton Kasepuhan, dan semoga kan ada jalan / petunjuk yang bisa ke sana.
Bersama teman2 Alumni dari FISIP UI, kemarin 8 Mei 2010 saya mengunjungi Keraton Kasepuhan. Tepat seminggu setelah Sultan Pakuningrat wafat. Jadi kami tak bisa memasuki kebagian dalam keraton.
Rasanya kerabat Keraton dan pemerintah perlu bekerja sama dan lebih perhatian pada situs budaya ini. Kondisinya memprihatinkan, kotor dan berdebu. Musium yg kami masuki bau apek dan barang2 langka yang ditampilkan berdebu, kusam, dan minim informasi. Kaca2 showcase buram, benda2 didalamnya tak terawat. Tambah kumuh, karena orang2 (semua pria muda) yg berada disana meletakkan beberapa uang receh seribuan, 5 ribuan sbg ‘pemancing’ minta dana untuk kebersihan.
Maafkan saya menyampaikan hal yg berbeda dengan tulisan di website ini. Saya cinta budaya Indonesia. Semoga ada perbaikan.
Salam
Pingback: Gedung Arsip Nasional | Jalan Jajan Hemat
Kepada seluruh warga Kota dan kabupaten Cirebon
saya telah memberikan mandat kepada Maha patih untuk sementara menggantikan saya sebagai wakil,untuk sementara keberadaan saya saya rahasiakan selagi saya sedang menjalani Topo Broto
Ing karsa sadaya mahana Barata Raja diraja Maman abdul Rahmana Maulana paku ningrat IX dalem sedoyo maha pangastika,