Tim JalanJajanHemat berangkat dari Tangerang jam 5 pagi, dengan berbekal 3 loyang izzi pizza ukuran besar (mumpung masih diskon). Mengapa berangkat pagi? Karena ini perjalanan kami yang pertama ke Jawa Tengah, kami tidak memilih perjalanan malam seperti yang dipilih banyak orang, untuk menghindari kesulitan mencari bantuan kalau terjadi masalah di jalan. Tapi sebaiknya berangkat dari pagi agar tidak terlalu panas di jalan dan juga agar tidak terkena macet di Jakarta. Isi penuh bensin sebanyak 20 liter (Rp 100rb), untung bensin sudah turun harga. Berbekal peta hanya dari hasil print screen wikimapia yang di copy ke handphone, kami pun berangkat menuju Semarang…
Rute yang kami ambil adalah Kebon Jeruk (Jkt)-tol dalam kota-Cikampek. Dengan mengambil jalur Pantura (Pantai Utara), selepas tol Cikampek, mengambil arah Cirebon. Cukup banyak petunjuk jalan, jadi tidak perlu khawatir akan tersesat di jalan. Sesampainya di jalan memasuki kota Cirebon, ada papan petunjuk yang menuliskan Semarang lewat tol belok kiri, Cirebon lurus, karena tujuan kami adalah Semarang, maka kami memutuskan untuk belok kiri dan tidak memasuki ke dalam kota Cirebon. Ada beberapa perbaikan jalan yang menyebabkan 1 jalur jalan dipakai untuk 2 arah, sehingga menyebabkan kemacetan. Tetapi selepas di jalur yang dipakai 2 arah tersebut, arus kendaraan cukup lancar dan kondisi jalanan pun cukup mulus.
Di daerah Tegal kami berhenti di SPBU, bukan karena mau isi bensin, tapi ada sebuah papan besar yang bertuliskan MURI (Museum Rekor Indonesia) yang menarik perhatian kami. Ternyata ini adalah SPBU dengan toilet terbanyak, silahkan baca disini untuk lengkapnya. Kemudian kami melihat banyak papan reklame bertuliskan restoran taman Pringsewu, setelah sekian km akhirnya kami menjumpai restoran tersebut. Silahkan membaca disini untuk ulasan restoran Pringsewu.
Saat melewati kota Pekalongan, kami melihat toko – toko yang menjual baju batik sepanjang jalan. Akhirnya kami berhenti ke sebuah area tempat kios-kios penjual batik. Namanya Kios Pusat Perbelanjaan Pantura. Dan ternyata lumayan bagus dan murah lho batiknya. Enaknya kita dapat membanding harga dengan kios lainnya yang berada di satu area tersebut, lebih mudah dibadingkan kalau Anda harus masuk ke satu demi satu toko yang ada di pinggir jalan.
Jalan yang dilalui mulus dan nyaman, kami tiba di Semarang sekitar jam 5 sore. Semarang adalah kota kuliner, jajanan makanan yang terkenal, namun sayangnya kami buta jalan disana. Jadi meskipun sudah memiliki catatan tempat makanan enak sebagai wisata kuliner, tapi kami memilih restoran yang terdekat saja.
Malam hari kami keluar untuk melihat-lihat kota Semarang, sebelumnya kami mengisi bensin sebanyak 30 liter (Rp 150rb), posisi menunjukkan jarak tempuh 505 km, wah ternyata irit juga ya konsumsi bahan bakar untuk perjalanan luar kota. Sekitar jam 21.00 toko di Semarang rata2 sudah tutup, sehingga kami hanya berputar2 di kota. Sempat mampir ke tempat penjual bandeng presto, namun karena bandeng ini tidak tahan lama maka kami tidak membeli oleh-oleh bandeng ini, mengingat kami masih beberapa hari di perjalanan. Demikian juga dengan wingko babat dan lumpia. Untuk bandeng yang terkenal di Semarang adalah Bandeng Juwana.
Kemudian kami mampir ke tempat jajanan jagung bakar di pinggir jalan. Jagung bakar yang masih gelondongan dijual seharga Rp 3.000 sedangkan yang sudah diserut dan ditambahkan keju dan susu dijual Rp 5.000. Juga tersedia roti bakar dan pisang bakar. Tempat duduknya di lesehan lho.. Makan dengan santai dan menikmati malam hari di kota Semarang… Dan cukup nyaman tanpa gangguan pengamen ataupun pengemis.
Esok paginya sarapan Nasi Pecel, hiks sebenarnya ingin mengelilingi kota Semarang untuk menikmati wisata kuliner, tapi mengingat terbatasnya waktu, kami kembali mencari restoran terdekat. Kali ini kami mencoba di rumah makan Berkat yang berada di kompleks perumahan Puri Anjasmoro. Harga makanan disini tergolong murah, walaupun demikian rumah makan ini cukup bersih dan luas. Sekedar info, saran dari teman untuk sarapan adalah Nasi ayam di depan SD St. Yusuf di Jl MT Haryono. Lalu ada Soto Pak Darno di Jl Thamrin. Kalau mau soto kudus ada di Jl Depok, namanya soto selan singkatan dari sebelah kiri jalan.
Setelah itu kami bermaksud untuk melihat2 kota tua Semarang, ada beberapa alternatif diantaranya adalah gereja blenduk atau lawang sewu. Akhirnya kami memilih melihat gedung Lawang Sewu. Untuk ulasan detil mengenai Lawang Sewu dapat dilihat disini
terimakasih telah menambah wawasan kita melaluiartikel atau informasi yang telah diberikan.
wah eak ya bisa turing turing , jadi pengen