Pagi hari tim Jalan Jajan Hemat (JJH) mengunjungi Lawang Sewu, yang berada di bundaran Tugu Muda Semarang. Di luar area pagar sangat ramai mengingat kawasan ini termasuk kawasan jalur utama di kota Semarang. Tapi begitu masuk ke dalam gedung suasana menjadi tenang & hening. Bangunan kuno dan megah ini dahulu merupakan kantor dari Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS) yang mulai dibangun pada 1903 dan selesai pada tahun 1907. Setelah kemerdekaan gedung ini dipakai untuk kantor DKARI (sekarang PT KAI- Kereta Api Indonesia), setelah PT KAI menempati gedung baru, gedung Lawang sewu ini digunakan untuk Kodam IV/Diponegoro. Lalu sekarang dibiarkan kosong selama bertahun-tahun.
Masyarakat menyebut gedung ini “Lawang sewu” yang berarti seribu pintu. Karena memang gedung ini memiliki banyak sekali ruangan-ruangan dan tiap ruangan nya rata-rata memiliki pintu antara 4 – 8 buah, sehingga jika secara garis besar dikalikan jumlah ruangan maka didapat sekitar 1000 pintu. Bangunan ini sangat kokoh dan indah bergaya art deco. Lantainya terbuat dari marmer yang konon dibawa langsung dari Itali, tangga besinya dibuat tanpa las, di tangga utama terdapat mozaik yang indah. Gedung ini dirancang secara seksama dan detail oleh arsitek Belanda Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag. Semua terlihat dipersiapkan dengan matang.
Untuk masuk ke tempat ini dikenakan biaya sebesar Rp 5.000 / orang yang katanya digunakan untuk biaya pemeliharaan gedung. Tidak ada lembaga khusus yang menjaga gedung bersejarah ini, hanya beberapa penduduk yang tinggal di sekitar gedung yang diminta oleh PT KAI untuk menjaga gedung dengan biaya yang sangat minim, sehingga mereka sekaligus menjadi profesi pemandu tur. Kami ditemani oleh seorang ibu beserta anjing hitamnya, untuk berkeliling sambil diceritakan sejarah gedung ini. Tidak ada listrik sama sekali, karena PT KAI keberatan untuk membayar iuran listrik yang sangat mahal untuk menerangi gedung ini. Jadi gedung ini hanya mengandalkan sinar matahari saja untuk penerangan di siang hari. Tapi berdasarkan informasi dari pemandu banyak yang menggunakan tempat ini sebagai tempat shooting, foto pre-wedding, exhibition. Hhmm, cukup menarik.. Tidak ada kamar mandi dalam gedung, hanya ada wastafel, toilet berada di sebuah bangunan tersendiri yang terhubung dengan gedung utama. Hhmm saya tidak dapat membayangkan membuat exhibition di gedung ini di malam hari, tapi untuk ke toilet kita harus menuju ke bangunan lain… uji nyali ya.. 🙂
Masuk dari pintu depan, kita akan menemukan tangga yang di depannya terdapat mozaik yang begitu besar & indah. Di setiap ruangan dahulu dindingnya dilapisi oleh kayu yang dibuat tidak menempel di tembok tapi sedikit menonjol keluar untuk menghindari lembabnya tembok. Tapi saat ini sudah tidak ada lagi kayunya, karena diambil oleh tangan2 jahil. Terlihat bangunan ini masih kokoh walaupun sudah berusia sangat tua.
Di halaman depan terdapat sumur yang konon dalamnya 1.000 m, dan saat ini ditutup karena takut ada orang yang tercebur ke dalam sumur tersebut. Dan dikabarkan para penduduk termasuk para penjaga/pemandu tur yang tinggal di area Lawang Sewu masih memanfaatkan air dari sumur ini. Dari sumur ini dulunya ada pompa air yang menyalurkan air ke tempat penampungan air di atas gedung, dan dari sana dialirkan melalui pipa-pipa ke setiap wastafel dan kamar mandi, wauw pada jaman tersebut infrastruktur sudah begitu dirancang dengan begitu rapihnya.
Di setiap teras yang menghadap ke luar gedung terdapat saluran pembuangan air sehingga air hujan dijamin tidak menggenangi lantainya. Di lantai dua ini merupakan kantor dari pegawai jawatan kereta api Belanda. Dengan ruangan yang berjajar rapi dan tiap ruangan memiliki pintu penghubung (connecting door). Karena banyaknya pintu di tiap ruangan maka gedung ini dinamakan seribu pintu (lawang=pintu, sewu=seribu).
Dari lantai 2 tersebut ada tangga besi putar ke lantai atas. Nah tangga besi ini konon dibuat tanpa las sama sekali, hanya dengan sistem baut saja. Dan saat kami lihat, besi tersebut masih terlihat kokoh.
Ruangan di atas ini sangat luas tanpa sekat. Dikatakan bahwa dahulu disini adalah ruang dansa orang Belanda. Di beberapa sudut terlihat banyak kelelawar bersarang sehingga menimbulkan aroma yang kurang sedap. Dari lantai atas ini terdapat jalan menuju menara air tempat penampungan air dari sumur di halaman depan. Lalu juga ada tangga menuju atap, terlihat tangga tersebut juga masih berdiri kokoh, tertanam di lantai bangunan, jika tidak tertanam mungkin sudah hilang diambil orang.
Di halaman luar terdapat monumen untuk mengenang para pahlawan yang gugur saat pertempuran 5 hari di Semarang yang terjadi tanggal 14-19 Oktober 1945 antara pejuang RI dengan tentara Jepang.
Gedung Lawang sewu ini sangat berpotensi menjadi objek wisata yang menarik, sehingga dikeluarkannya SK Wali Kota 650/50/1992 yang menetapkan gedung ini adalah bangunan kuno & bersejarah yang dilindungi. Kami harapkan tempat ini dapat dikelola dengan lebih profesional, fasilitas umum disediakan, informasi sejarah dapat dipaparkan dengan baik, pemandu yang lebih profesional. Bahkan sangat besar kemungkinan menarik minat para wisatawan manca negara terutama mereka yang suka tantangan. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, di tempat ini sudah diadakan wisata malam, yang dimulai jam 19.00, sangat menarik dan menegangkan untuk mengunjungi tempat ini di malam hari, dan terbukti banyak peminatnya (umumnya anak2 muda). Ini merupakan ide yang sangat baik untuk membuat wisata malam di kota tua, seperti yang juga diadakan di Jakarta.
Bahkan memang kalau dilihat sekilas gedung ini memiliki kemiripan dengan hotel Fullerton di Singapura, tapi kami sendiri lebih setuju kalau gedung ini dijadikan museum sejarah dibandingkan hotel mewah berbintang yang nantinya hanya dapat dinikmati oleh kalangan yang berkantong tebal saja.
Oh ya untuk Anda yang ingin mengetahui hal yang bersifat sedikit menegangkan tentang Lawang Sewu dapat lihat disini.. (sangat tidak disarankan untuk Anda yang kurang berjiwa petualang, atau berpenyakit jantung 🙂 )
Salam Jalan Jajan Hemat.
Warisan sejarah yg hrus d jga dgn baik!
lestarikan peninggalan-peninggalan nenek moyang kita dan mengenal sejarah nya.
lestarikan peninggalan-peninggalan nenek moyang kita dan mengenal sejarah nya.
lawng sewu oke
@aiu : wah2 mungkin boleh langsung ditanyakan ke petugas di lokasi ya utk lebih jelasnya
@Arlonsy: Silahkan ditanyakan melalui website ini, semoga bisa kami bantu menjawab.
maaf no hp flexynya 02127955802
Boleh Juga Tuch,Gw Mw Banget Tau Banyak Tentang Lawang Sewu Call/SMS g’ dunk penulis artikelnya di no 0212795802 (Flexy)/02197578847 (Esia)
atau boleh kirim email ke arlonsysofiyansopy@yahoo.co.id.Please
gw nak bsi jur broadcast smtr 5.bentar lg gw TA.ju2r gw pgn bgt jadiin juru kunci lawang sewu sbgai object gw,cm gw masih bingung sm perijinannya.apa gw mesti ijin sm pem kota smrang atw cm ma jur kun nya aja?
Pingback: Mendengar kisah ‘dunia lain’ di Lawang sewu | Jalan Jajan Hemat
Pingback: Perjalanan menuju Semarang | Jalan Jajan Hemat